Oleh: Tri Gangga Adi Purwanto
(Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan UNJ)
Technology will not replace great teachers, but technology in the hands of great teachers can be transformational (George Couros).
Hal itu diungkapkan Georce Couros di salah satu seminarnya, seorang leading educator – pendidik terkemuka dari Florida, USA. Kutipan tersebut mengingatkan kita betapa pentingnya peran guru, peran tersebut berkaitan dengan empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Di era digital ini, kemajuan teknologi yang telah memasuki era revolusi industri 4.0 menghadirkan internet of thing (IoT), cloud computing, artificial intelligence dan mobile phone sebagai perangkat andalan bagi kehidupan manusia modern. Integrasi teknologi dalam pendidikan telah menjadi kebutuhan yang mendesak. Pedagogi digital bukan hanya tentang penggunaan teknologi untuk mengajar, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dapat mengubah dan meningkatkan proses pembelajaran serta dapat meningkatkan pengalaman belajar-mengajar.
Pedagogi digital dapat diartikan sebagai sebuah seni dalam proses pembelajaran termasuk dalam hal ini pengetahuan dan keterampilan seorang pendidik supaya siswa mampu mengingat, memahami, mengimplementasikan, menganalisa, mengevaluasi sampai dengan menciptakan (bloom taxonomy). Pada pedagogi digital, peserta didik dilatih untuk menggunakan teknologi dalam proses belajar, misalnya bagaimana peserta didik mampu belajar melalui Learning Management System (LMS) yang disediakan sekolah, dan bagaimana guru memastikan para peserta didiknya telah mengakses LMS yang berisi materi-materi pembelajaran. Dari sini kita perlu mencermati akan perlunya kolaborasi dalam melaksanakan pedagogi digital dalam proses belajar mengajar.
Penerapan pedagogi digital dalam proses pembelajaran menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Namun, dengan perencanaan yang matang, kolaborasi antara berbagai pihak, dan penyediaan sumber daya yang memadai, tantangan-tantangan ini dapat diatasi. Pedagogi digital memiliki potensi besar untuk merevolusi pendidikan, membuatnya lebih inklusif, adaptif, dan efektif, jika diterapkan dengan tepat. Ini membuka pintu bagi pembelajaran jarak jauh (online learning) dan pembelajaran berbasis mandiri. Dengan analisis data yang canggih, pendidikan dan pembelajaran dapat dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. Sistem pembelajaran adaptif menggunakan algoritma untuk menyajikan materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan minat siswa, yang kita kenal dengan Artificial Intelligence (AI) (Smith, J. (2020). "Pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran yang dipersonalisasi telah menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. "Namun, penerapan pembelajaran yang dipersonalisasi menghadapi tantangan seperti kesenjangan akses teknologi, kesiapan guru, dan kebutuhan untuk menyesuaikan kurikulum secara dinamis berdasarkan data pembelajaran." (Johnson & Patel, 2017).
Revolusi Industri 4.0 menekankan pentingnya pendidikan berbasis keterampilan abad ke-21 seperti pemecahan masalah, kreativitas, kemampuan beradaptasi, dan literasi digital. Lebih lanjut Smith, J. (2020) mengatakan bahwa, pendidikan harus menyesuaikan kurikulum dan metode pengajaran untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan ini. Disamping itu, revolusi Industri 4.0 menciptakan peluang karir baru di dunia kerja dan dunia industri. Kebutuhan akan keterampilan baru dan pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya. Mengutip laporan The Future of Job, yang dirilis oleh World Economic Forum 2021, Johnny G Plate mengungkapkan, 10 tren lapangan kerja baru dibidang teknologi digital, yaitu: 1). Data Analyst dan Scientist, 2) Big Data Specialist, 3) Artificial Intelligence and Machine Learning Specialist, 4) Digital Marketing and Strategy Specialist, 5) Renewable Energy Engineer, 6) Business Development Professional, 7) Process Automation Specialist, 8) Internet of Things Specialist, 9) Digital Transformation Specialist, dan 10) Business Service and Administration Manager.
Pendidikan harus mempersiapkan siswa untuk bekerja di bidang-bidang teknologi informasi yang berkembang pesat. "Revolusi Industri Keempat membawa tantangan dan peluang baru dalam pendidikan, yang menuntut adanya transformasi signifikan dalam cara pembelajaran disampaikan dan dikelola. Integrasi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, robotik, dan analitik data dalam pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi dan personalisasi pembelajaran." (Brown & Lee, 2019). Manajemen pendidikan melalui pedagogi juga harus mengikuti perkembangan Pembelajaran berbasis STEAM, yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada hubungan pengetahuan dan keterampilan science, technology, engineering, art dan mathematics (STEAM) untuk mengatasi suatu masalah. Dengan adanya unsur art, diharapkan melalui STEAM siswa akan terbiasa untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara yang kreatif. Namun penggunaan teknologi dalam pendidikan juga menghadirkan tantangan baru terkait etika penggunaan data, privasi, dan keamanan informasi. Institusi pendidikan perlu memperhatikan kebijakan dan praktik yang menjaga integritas data dan keamanan informasi siswa.
Dengan memahami dan merespons perubahan yang dibawa oleh revolusi Industri 4.0, dunia pendidikan dapat terus berkembang dan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dan peluang di era digital ini. Untuk mempersiapkan siswa menghadapi dunia kerja masa depan, sistem pendidikan harus mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dan inovatif, yang berfokus pada pengembangan keterampilan kritis seperti kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah (Brown & Lee, 2019, p. 575).
Strategi Nasional Pendidikan 2021-2030 menyatakan bahwa, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dan langkah signifikan yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan teknologi pembelajaran dalam menghadapi revolusi industri 4.0. diantaranya adalah mengatasi masalah kesenjangan digital melalui Program Digitalisasi Sekolah. Kesenjangan digital mengacu pada kesenjangan yang ada antara masyarakat yang mempunyai akses terhadap Internet dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dan masyarakat yang tidak mempunyai akses, atau mempunyai akses terbatas.
Beberapa istilah kesenjangan digital adalah; a) Mental Access, yaitu minimnya pengalaman digital dasar. Umumnya karena kurangnya, atau bahkan tidak adanya ketertarikan terhadap teknologi yang baru. Sangat umum terjadi pada orang-orang telah berusia janjut atau lebih tua, b) Material Access, tidak mempunyai komputer atau gawai dan koneksi internet, c) Skill Access, minimnya kemampuan di sector digital, yang umumnya diakibatkan oleh minimnya tingkat pendidikan ataupun dukungan sosial, d). Usage Access, minimnya penggunaan teknologi dan internet (https://medium.com). Terkait dengan ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan program digitalisasi sekolah dengan tujuan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan melalui teknologi digital. Melalui program ini, sekolah-sekolah diberi bantuan berupa penyediaan perangkat teknologi seperti komputer, tablet, dan akses internet untuk mendukung pembelajaran digital.
Kemudian pemerintah juga telah membuat Program Pelatihan Guru dalam Penggunaan Teknologi, dengan melaksanakan program pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru melalui inisiatif seperti Program Guru Penggerak. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengadakan program PembaTIK untuk mengembangkan keterampilan digital guru dan meningkatkan kemampuan mereka dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis TIK.
Selanjutnya pemerintah mengembangkan portal pembelajaran daring yang disebut Rumah Belajar. Platform ini menyediakan berbagai sumber belajar digital yang dapat diakses oleh siswa dan guru secara gratis. Rumah Belajar menawarkan Sumber Belajar Digital berupa video pembelajaran, e-book, laboratorium maya, dan bahan ajar lainnya yang dapat digunakan oleh guru dan siswa di seluruh Indonesia. Pemerintah juga menjalin Kerjasama dengan Sektor Swasta dan Lembaga Internasional, Kemitraan dengan Perusahaan Teknologi besar seperti Google, Microsoft, dan Huawei untuk menyediakan pelatihan teknologi bagi guru dan siswa serta menyediakan infrastruktur teknologi yang lebih baik di sekolah-sekolah. Mendapat dukungan dari Lembaga Internasional, berupa bantuan dari organisasi internasional seperti UNICEF dan UNESCO dalam bentuk program peningkatan kapasitas dan penyediaan sumber daya juga telah dimanfaatkan untuk mendukung digitalisasi pendidikan di Indonesia.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Teknologi, berupa Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini dirancang untuk lebih fleksibel dan memungkinkan integrasi teknologi dalam proses pembelajaran. Kurikulum ini juga mendorong penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa. Kemudian Penerapan pembelajaran pendidikan berbasis STEAM untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 yang penting bagi siswa di era revolusi industri 4.0. Proyek Palapa Ring adalah inisiatif pemerintah untuk membangun jaringan serat optik nasional yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil, guna menyediakan akses internet yang lebih merata. Kemudian membuat Program Indonesia Digital 2024. Melalui program ini, pemerintah berkomitmen untuk menyediakan akses internet yang lebih luas dan meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat, termasuk di sektor pendidikan. Dengan langkah-langkah ini, pemerintah Indonesia berupaya untuk menjawab tantangan teknologi pembelajaran di era revolusi industri 4.0, mempersempit kesenjangan digital, dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui integrasi teknologi.