Oleh: Tri Gangga Adi Purwanto
(Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan UNJ)
PT. Sepatu Bata di Indonesia yang memproduksi alas kaki dengan brand BATA®, berdiri sejak tahun 1931. Tomáš Baťa adalah seorang pengusaha Cekoslowakia yang dikenal sebagai "raja sepatu". Dialah pendiri merek sepatu BATA. Selain itu, dia adalah seorang pejabat publik dan juga pernah menjadi walikota Zlin. Ceko. Tomas Bata mendirikan pabrik sepatu ditengah perkebunan karet di area Kalibata, beralamat di Jl. Kalibata Raya Jakarta Selatan. Selanjutnya produksi sepatu terjadi mulai tahun 1940. Di tahun 1982, PT. Sepatu Bata, TBK terdaftar di Jakarta Stock Exchange pada tanggal 24 Maret. Pada tahun 1994, konstruksi pabrik Sepatu di Purwakarta telah rampung.
Merek BATA di Indonesia benar-benar telah mempunyai perjalanan panjang. Produknya di kenal di berbagai kalangan, mulai dari anak sekolah hingga masyarakat luas. Apa yang dahulu disebut sepatu sekolah dengan tagline "Back to School," telah melayani berbagai segmen pasar yang berbeda. Sepatu BATA sebagai alas kaki dan pemasar terkemuka di negara ini, telah mengoperasikan rantai ritel 435 toko di seluruh negeri, yang terdiri dari Family and City Stores. Masing-masing toko ritel BATA berbeda dari yang lain dalam hal variasi produk. BATA Indonesia mengoperasikan Wholesale Departement yang melayani Ritel Dealer independen. Lebih dari 125 tahun sejarah dalam bisnis sepatu, BATA menawarkan berbagai koleksi sepatu yang melayani semua tingkat kelompok pendapatan dan usia; mulai dari balita hingga anak-anak, wanita dan juga pria. Kombinasi produk terdiri dari beragam koleksi yang modis dan trendi untuk segala suasana. Dengan terus mengembangkan teknologi sepatu yang modern, BATA juga telah menguasai seni memproduksi alas kaki yang mengawinkan gaya dan kenyamanan, menawarkan sepasang alas kaki yang sempurna untuk semua lapisan masyarakat.
Penutupan pabrik sepatu BATA di Purwakarta pada tahun 2024 menandai sebuah titik penting dalam sejarah perusahaan tersebut di Indonesia. Keputusan ini tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi dan operasional perusahaan, tetapi juga memberikan dampak signifikan pada tenaga kerja dan masyarakat setempat. Kita akan menganalisis penutupan pabrik tersebut dari perspektif ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM).
Dampak Penutupan Pabrik
Penutupan pabrik sepatu BATA di Purwakarta pada tahun 2024 memberikan dampak signifikan pada tenaga kerja dan masyarakat setempat. PT Sepatu Bata Tbk merupakan salah satu produsen alas kaki terkemuka di Indonesia. Namun, berbagai tantangan seperti persaingan ketat, perubahan tren konsumen, dan kesulitan finansial mengharuskan perusahaan untuk menutup pabriknya di Purwakarta. Penutupan ini berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi lebih dari 200 karyawan. Penutupan pabrik BATA merupakan kombinasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bisnis secara keseluruhan dan keputusan strategis yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk menjaga kelangsungan bisnis mereka.
Pengamat ekonomi dan bisnis serta akademisi mencoba menganalisis penyebabnya, diantaranya adalah; 1) Industri sepatu semakin kompetitif dengan munculnya banyak pemain baru yang menawarkan produk dengan harga lebih murah dan desain yang lebih menarik. BATA menghadapi kesulitan untuk bersaing dengan produsen sepatu dari China dan negara lain yang mampu memproduksi sepatu dengan biaya lebih rendah; 2) Preferensi konsumen telah berubah seiring waktu, dengan banyak konsumen yang beralih ke merek-merek baru yang lebih modern dan trendi; 3) Kondisi ekonomi global dan lokal yang tidak stabil, termasuk fluktuasi nilai tukar dan inflasi, dapat mempengaruhi biaya produksi dan daya beli konsumen. Hal ini dapat menyebabkan penurunan penjualan dan profitabilitas; 4) Perusahaan mungkin menghadapi tantangan dalam strategi bisnis mereka, termasuk manajemen yang kurang efektif atau kesalahan dalam penentuan lokasi pabrik dan distribusi produk; 5) COVID-19, Pandemi telah mengganggu rantai pasokan global dan mempengaruhi operasional bisnis di seluruh dunia, termasuk industri manufaktur sepatu. Penutupan sementara toko dan pabrik serta penurunan permintaan karena lockdown dapat memberikan dampak signifikan.
Namun dalam kajian ini, akan membatasi dan menganalisis penutupan pabrik tersebut dari perspektif ilmu manajemen sumber daya manusia (SDM).
Manajemen Krisis dan PHK
Manajemen krisis adalah serangkaian tindakan yang diambil oleh sebuah organisasi untuk menghadapi situasi darurat yang dapat mengancam keberlangsungan bisnisnya. Manajemen krisis bertujuan untuk meminimalkan kerugian dan memastikan kelangsungan operasi bisnis selama dan setelah krisis terjadi. Manajemen krisis yang efektif melibatkan perencanaan yang matang, komunikasi yang transparan, dan penanganan yang cepat dan tepat untuk meminimalkan dampak negatif bagi karyawan dan perusahaan (Coombs, W. T. (2007).
Penutupan pabrik sepatu BATA di Purwakarta memberikan contoh nyata tentang pentingnya manajemen krisis dalam menghadapi situasi darurat. Analisis penerapan manajemen krisis dilakukan berdasarkan tahapan yang dirancang secara terstruktur (Fink, S. (1986). Pertama, membuat identifikasi dan penilaian risiko, dengan melihat fakta bahwa BATA telah mengidentifikasi risiko finansial akibat penurunan permintaan pasar dan kerugian berturut-turut selama empat tahun. Pada tahun 2023, perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp 190,2 miliar, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan juga menurun dari Rp 643,4 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp 609,6 miliar pada tahun 2023. Kemudian manajemen mempersiapkan rencana untuk menutup pabrik dan beralih ke pemasok lokal sebagai bagian dari strategi efisiensi operasional. Keputusan untuk mengalihkan produksi ke pemasok lokal dan mitra bisnis bisa dilihat sebagai langkah strategis untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan fleksibilitas
Setelah itu, selama proses penutupan, BATA mengkomunikasikan keputusan mereka secara transparan kepada karyawan dan pemangku kepentingan lainnya, serta menyediakan kompensasi dan dukungan bagi karyawan yang terkena PHK. Setelah penutupan, BATA terus berfokus pada pengembangan produk baru dan menjalin kemitraan dengan pemasok lokal untuk menjaga kelangsungan bisnis. Dengan demikian, penutupan pabrik BATA di Purwakarta mencerminkan bagaimana manajemen krisis yang efektif dapat membantu perusahaan menghadapi situasi darurat dan memastikan keberlangsungan operasi bisnis.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Keputusan untuk menutup pabrik juga menunjukkan pentingnya perencanaan SDM yang efektif. Pelajaran dari kasus ini adalah, organisasi atau perusahaan perlu merencanakan kebutuhan tenaga kerja jangka panjang dan menyesuaikan strategi SDM mereka dengan kondisi pasar yang berubah. Langkah awal adalah, melakukan analisis kebutuhan tenaga kerja yang komprehensif dapat membantu perusahaan mengidentifikasi keahlian dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan di masa depan melalui; 1) Analisis Tren Pasar, menilai perubahan dalam permintaan produk dan tren konsumen untuk mengidentifikasi kebutuhan keterampilan yang relevan; 2) Penilaian Keterampilan Internal, mengidentifikasi keterampilan yang ada di dalam organisasi dan menentukan kesenjangan keterampilan yang perlu diisi melalui rekrutmen atau pelatihan .
Langkah berikutnya adalah investasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan dapat meningkatkan kemampuan dan adaptabilitas tenaga kerja, sehingga mereka lebih siap menghadapi perubahan di industri. Implementasi di BATA dapat meliputi; 1) Pelatihan Teknis, dengan meningkatkan keterampilan teknis karyawan untuk menggunakan teknologi terbaru dalam proses produksi; 2) Pengembangan Soft Skills, pelatihan dalam komunikasi, manajemen waktu, dan keterampilan interpersonal untuk meningkatkan produktivitas dan kolaborasi tim. Langkah-langkah ini tidak hanya membantu perusahaan mengatasi tantangan saat ini tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi perubahan pasar dan memastikan kelangsungan bisnis di masa depan.
Langkah terakhir adalah pemulihan pasca-krisis, dengan merancang strategi pemulihan. Setelah penutupan pabrik, maka pangkah penting perusahaan adalah fokus pada pemulihan dan stabilisasi operasi bisnis. Strategi yang dapat diterapkan mencakup; 1) Merekrut kembali karyawan dengan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan operasional baru; 2) Melakukan evaluasi terhadap proses yang ada dan mengidentifikasi area untuk perbaikan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional; 3) Pengembangan Hubungan dengan Pemasok lokal untuk memastikan kontinuitas dan kualitas produksi.
Implementasi perencanaan SDM yang efektif di pabrik sepatu BATA di Purwakarta mencakup analisis kebutuhan tenaga kerja, pengembangan karyawan, manajemen krisis yang transparan, dan strategi pemulihan yang solid. Langkah-langkah ini tidak hanya membantu perusahaan mengatasi tantangan saat ini tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi perubahan pasar dan memastikan kelangsungan bisnis di masa depan.
Pendidikan dan Pelatihan Ulang
Penutupan pabrik memberikan tantangan dan peluang dalam hal pendidikan dan pelatihan ulang bagi karyawan yang terkena PHK. Implementasi program pelatihan ulang yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan karyawan agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang baru. Ini termasuk pelatihan teknis, keterampilan digital, dan soft skills. Kemudian menjalin kemitraan dengan institusi Pendidikan dan pelatihan yang dapat membantu menyediakan program-program yang relevan dan berkualitas tinggi bagi karyawan. Hal ini juga dapat meningkatkan peluang kerja bagi mereka di sektor lainnya.
Pendidikan Berkelanjutan
Investasi dalam pendidikan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa tenaga kerja tetap kompetitif dan mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan pasar. Meningkatkan akses ke pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri dapat membantu karyawan memperoleh keterampilan praktis yang dibutuhkan di pasar kerja. Kemudian mendorong budaya pembelajaran sepanjang hayat di kalangan karyawan dapat meningkatkan adaptabilitas mereka terhadap perubahan pasar dan teknologi.
Penutup
Penutupan pabrik sepatu BATA di Purwakarta menyoroti pentingnya manajemen sumber daya manusia yang efektif dan pendidikan yang berkelanjutan dalam menghadapi tantangan bisnis. Manajemen krisis yang baik, perencanaan SDM yang strategis, serta investasi dalam pendidikan dan pelatihan ulang adalah kunci untuk mengatasi dampak negatif dari penutupan pabrik dan memastikan kesejahteraan karyawan. Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan fleksibilitas dan daya saing mereka di pasar yang terus berubah.