DokterSehat.Com– Hari Raya Idul Adha identik dengan daging merah seperti dari kambing, domba, atau sapi. Makanan yang terbuat dari bahan daging-dagingan ini juga cenderung memiliki rasa yang enak. Sayangnya, terdapat sebuah kepercayaan yang menyebutkan bahwa terlalu sering mengonsumsi makan daging-dagingan bisa meningkatkan risiko terkena kanker.
Menurut pakar kesehatan, di dalam daging merah terdapat senyawa bernama haem. Senyawa ini memiliki kandungan zat besi dan membuat daging memiliki warna cenderung merah. Yang menjadi masalah adalah, senyawa ini memang mampu merusak dinding usus. Selain itu, saat kita mengonsumsi daging merah, akan muncul senyawa nitrosamine yang bisa merusak sel DNA dan akhirnya memicu datangnya kanker.
Daging merah memang kaya akan nutrisi seperti vitamin, seng, dan protein, namun, ada baiknya kita membatasi asupan daging merah. Agar tidak mudah terkena kanker, pakar kesehatan menyarankan kita untuk membatasi asupan daging ini maksimal 1,8 kg saja dalam seminggu. Selain itu, ada baiknya kita juga mengonsumsi daging dalam porsi kecil setiap kali makan.
Cara pengolahan daging merah juga bisa mempengaruhi risiko terkena kanker. Sebagai contoh, ada baiknya kita tidak memasak daging hingga hangus, apalagi membakarnya langsung di atas api karena jika sampai hal ini terjadi, maka bagian yang hangus ini bisa meningkatkan risiko kanker meski rasanya sangat enak. Masaklah dengan api yang sedang sehingga daging bisa matang namun tidak akan mengalami peningkatan jumlah zat yang bisa memicu datangnya kanker.
Pakar kesehatan juga menyarankan kita untuk tidak menambahkan bumbu berlebihan dan membuang bagian lemak dari daging sebelum memasaknya. Dengan melakukan berbagai hal ini, maka kita pun tetap bisa menikmati daging tanpa perlu khawatir akan mengalami kenaikan risiko terkena kanker.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.