DokterSehat.Com – Apakah Anda pernah mengalami sakit karena asam lambung tinggi? Penyakit asam lambung tinggi memang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, penderita penyakit asam lambung tinggi membutuhkan terapi obat untuk memulihkan kondisinya. Salah satu obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah obat Ranitidin. Untuk Anda yang penasaran Ranitidin obat apa, Ranitidin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan produksi asam lambung. Manfaat Ranitidin biasanya digunakan untuk mengobati ulkus peptikum, gastroesofageal refluks (GERD), dan sindrom Zollinger-Ellison.
Telah dijelaskan bahwa manfaat Ranitidin adalah untuk mengurangi produksi asam lambung yang berlebih. Di sisi lain, fungsi Ranitidin adalah untuk mencegah munculnya sakit pencernaan akibat mengonsumsi makanan tertentu. Obat Ranitidin adalah obat yang termasuk dalam jenis H2 Histamin Blocker.
Pada dasarnya, obat ini bisa saja Anda temukan di toko obat atau apotek terdekat dan tidak memerlukan resep dokter untuk dapat membelinya. Namun, meskipun Anda tidak memerlukan resep dokter untuk mendapatkan obat ini, Anda harus tetap memerhatikan dosis penggunaan obat dan cara pakainya agar mendapatkan hasil yang optimal.
Selain itu, Anda juga harus mengetahui bahwa penggunaan obat ini juga memiliki risiko efek samping yang dapat berbeda-beda untuk setiap orang. Maka dari itu, jika Anda menggunakan obat ini tanpa resep dokter, Anda juga harus tahu kapan harus datang ke dokter jika diperlukan.
Nama: Ranitidin
Nama dagang: Acran, Anitid, Conranin, Curadyn, Fordin, Gastridin, Graseric, Hexer, Hufadine, Indoran, Rancus 150, Ranilex, Ranin, Ranivell, Ranticid, Rantin, Ratinal, Scanarin, Tricker, Tyran, Ulceranin, Ultiran, Wiacid, Xeradin, Yekaradin, Zantac, Zantadin, Zantifar, Zenti, Zumaran.
Kelas: Penicillin, Amino
Dosis Ranitidin dan Kegunaan untuk Dewasa
Untuk Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
- Dosis ranitidin yang digunakan 150 mg peroral (diminum) setiap 12 jam atau 300 mg peroral ketika menjelang tidur
Untuk Tukak lambung
- Ranitidin 150 mg peroral setiap 12 jam atau 300 peroral pada saat menjelang tidur.
- Dosis rumatan untuk penyembuhan: 150 mg peroral pada saat menjelang tidur.
Untuk Esofagitis erosif
- Ranitidin 150 mg peroral setiap 6 jam atau 50 mg IM/IV setiap 6-8 jam bolus atau infus intermiten; atau sebagai alternatif, dapat pula diberikan 6,25 mg/jam IV dengan infus berkelanjutan.
- Dosis rumatan untuk penyembuhan: 150 mg peroral setiap 12 jam.
Pertimbangan dosis
- Dosis maksimum adalah 6 g/hari dapat digunakan pada kondisi penyakit yang berat.
- Pada Sindrom Zollinger-Ellison: mulai infus IV 1 mg/kg/jam, lalu sesuaikan pada kenaikan dosis 0,5 mg/kg/jam berdasarkan output asam lambung (jangan melebihi 2,5 mg/kg/jam atau 220 mg/jam).
Profilaksis stres ulcer
- Dosis 150 mg peroral atau via selang nasogaster (selang dari hidung ke lambung) per 12 jam.
- Dosis 50 mg (2 mL) IM (disuntikkan ke otot) atau bolus IV intermiten (melalui intravena) atau melalui infus setiap 6 – 8 jam, jangan melebihi 400 mg/hari sebagai alternatif.
Modifikasi dosis
- Keterlibatan ginjal (CrCl <50 mL/menit); 50 mg IV.IM setiap 18 – 24 jam atau 150 mg peroral sekali sehari.
- Keterlibatan hati: penyesuaian dosis tidak diperlukan.
Dosis dan Kegunaan untuk Anak
Untuk tukak lambung/duodenum aktif
- Dosis pengobatan: 4-8 mg/kg peroral setiap 12 jam, jangan melebihi 300 mg/hari
- Dosis rumatan: 2-4 mg/kg peroral sehari sekali, jangan melebihi 150 mg/hari
- Dosis pareneteral: 2-4 mg/kg/hari IV (melalui pembuluh darah vena) terbagi untuk setiap 6-8 jam, jangan melebihi 50 mg/dosis atau 200 mg/hari
Untuk Gastroesophageal Reflux Disease
- 1 bulan-16 tahun: 5-10 mg/kg/hari peroral terbagi setiap 12 jam, jangan melebihi 300 mg/hari
- Parenteral: 2-4 mg/kg/hari IV terbagi setiap 6-8 jam, jangan melebihi 50 mg/dosis atau 200mg/hari, secara alternatif, melalui infus 1 mg/kg/dosis sekali diikuti oleh infus kontinyus 0,08-0,17 mg/kg/jam atau 2-4 mg/kg/hari
Untuk Esofagitis erosif
- 1 bulan-16 tahun: 5-10 mg/kg/hari peroral terbagi setiap 12 jam, jangan melebihi 300 mg/hari
- enteral: 2-4 mg/kg/hari IV terbagi setiap 6-8 jam, jangan melebihi 200mg/hari, secara alternatif, melalui infus 1 mg/kg/dosis sekali diikuti oleh infus kontinyus 0,08-0,17 mg/kg/jam atau 2-4 mg/kg/hari
Penggunaan untuk Neonatus
Neonatus yang lahir normal:
- 2-4 mg/kg/hari peroral terbagi setiap 8-12 jam atau 2 mg/kg/hari IV
Efek Samping Obat Ranitidin
- Sebanyak 1-10% pengguna mengeluhkan sakit kepala
- Sebanyak kurang dari 1% pengguna mengeluhkan:
- Nyeri perut.
- Agitasi.
- Alopesia (kebotakan).
- Konfusi (kebingungan).
- Konstipasi (sembelit).
- Diare.
- Dizziness (sensasi melayang).
- Reaksi hipersensitivitas (alergi).
- Mual.
- Muntah.
- Berikut adalah efek samping yang tidak diketahui frekuensinya
- Anemia.
- Enterokolitis nekrotik pada janin atau bayi baru lahir.
- Pankreatitis (jarang).
- Trombositopenia (jarang).
- Pansitopenia (jarang).
- Agranulositosis (jarang).
- Anemia hemolitik imun akuisita (jarang).
- Arthralgia (nyeri sendi).
- Mialgia (nyeri otot).
Perlu untuk dicatat bahwa efek samping yang dialami setiap orang dapat berbeda-beda. Maka dari itu, Anda harus bisa mengantisipasi efek samping yang terjadi untuk mengetahui kapan harus menghubungi dokter Anda jika muncul efek samping dari penggunaan obat Ranitidin ini. Sesuaikan dosis Ranitidin sesuai anjuran dan jangan gunakan obat dalam jangka panjang tanpa pengawasan berkala dari dokter Anda.
Bagi Anda yang masih ingin mengetahui informasi lebih lanjut tentang obat Ranitidin, Anda dapat membaca pada halaman selanjutnya mengenai obat penurun asam lambung ini.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.